Ketika Obrolan Berkesan Satu Arah

 

Pertama-tama aku mau mengonfirmasikan terlebih dahulu kalau aku bukanlah orang yang ahli di bidang psikologi atau hal-hal semacamnya. Disini aku hanya ingin meluapkan apa yang akhir akhir ini aku pikir dan rasakan.


Sebelum kita mulai ke permasalahan inti, aku mau bertanya terlebih dahulu kepada pembaca blog ini.

Do you ever had a one way convo?

Entah itu dengan teman, pasangan, saudara atau bahkan dengan stranger sekalipun. Kalau pernah, let me tell you something. Jujur aja, aku pribadi sangat tidak suka dengan yang namanya komunikasi satu arah. Kenapa? Karena aku sering menjadi 'korban' dalam komunikasi seperti ini. Dan kebanyakan orang yang memperlakukanku seperti itu ironisnya adalah teman-temanku sendiri. Dan.. hal itu sedikit menyebalkan.

Lalu apa pernah aku mengalaminya dengan pasangan atau mungkin keluarga sendiri?

Alhamdulillahnya tidak, karena pada dasarnya kalau dengan pasangan sudah pasti kami akan saling antusias dengan berbagai topik yang kami bahas. Dan untuk keluarga sih jujur aku jarang berkomunikasi dengan mereka. Sekalinya pun berkomunikasi, hal yang dibahas sudah pasti cukup penting dan sudah pasti memerlukan atensi lebih dari kedua belah pihak. Sehingga aku jarang mengalami yang namanya komunikasi satu arah pada keluargaku sendiri.

Lantas kenapa hal ini justru banyak didapati ketika melakukan komunikasi dengan teman. Baik itu secara langsung, via chat, atau via telpon. Jawabannya ya, aku juga gatau. Mungkin akunya aja yang apes atau memang ada alasan tersendiri mengapa one way conversation sering kita dapatkan dari teman kita sendiri.

Kenapa akhir-akhir ini aku jadi kepikiran hal semacam ini? Jawabannya karena baru-baru ini, aku mengalami hal tersebut. Dan yang membuatku cukup terpukul adalah, orang yang melakukan ini padaku bisa dibilang adalah teman yang cukup dekat denganku. Coba deh bayangkan, when you're struggling and feel stuck, dan pada saat itu kamu berharap salah satu teman yang kamu anggap cukup dekat dapat membantumu merasa lebih baik, dia malah acuh tak acuh dengan dengan diri kamu. 

Some people mungkin bakal bilang, 

'Yaelah itu mah mungkin dianya udah cape gara-gara kamu overthinking mulu.'

'Yaelah baperan amat sih gitu doang juga. Mungkin dianya lagi tidak dalam kondisi mood yang bagus untuk memberi kamu semangat. Mungkin lagi kecapekan atau ngantuk.'

'Mungkin dia bukan orang yang pandai dalam memberi advice.'

'Mungkin dia ngerasa ga deket deket amat sama kamu makanya dia bersikap acuh.'

Sebenernya tulisan ini tuh masih ada kaitannya dengan tulisanku beberapa hari yang lalu tentang Having A Crush But Don't Wanting To Date Them. Jadi waktu itu aku sempet merasa insecure gitu. Untuk alasan selengkapnya kenapa aku merasa demikian bisa di baca disini Having a Crush

Nah pada saat itu aku sedang ada di titik dimana aku merasa sangat gagal sebagai manusia. Dan akhirnya aku mencoba mengemukakan isi pikiranku ke salah satu temanku. Ternyata respon yang didapat tidak cukup baik. Dari situ aku berpikir, 'Oh ok. Maybe she's not in a good mood right now.'

Aku masih berusaha berpikir positif terhadap temanku ini. Lalu, tidak lama dari itu dia chat aku lagi tuh dan meminta saran terhadap sesuatu (sesuatu yang berhubungan dengan minat). Disitu aku berusaha sebaik mungkin memberikan pendapatku terhadap dia. Ya syukur-syukur bisa menjadi referensi juga buat dia. Dan dilihat dari bagaimana antusiasnya dia dalam membahas hal ini, aku bisa menyimpulkan kalau kayaknya dia moodnya lagi bagus-bagus aja. Kok kemarin kayak yang males banget gitu ya menanggapi curhatan aku? 

Yang tadinya masih berusaha positive thinking sama dia langsung berubah menjadi suudzon suudzon yang tidak mendasar. Satu pertanyaan yang duluan muncul di benakku adalah yang itu tadi, mungkin disini cuma aku yang berpikiran kalau kita teman dekat. Sedih sih. Soalnya rasanya tuh kayak cinta yang bertepuk sebelah tangan hehe. Tapi dalam case ini jatohnya jadi pertemanan yang bertepuk sebelah tangan. Jadilah aku overthinking. 

Sejenak aku merenung. Aku jadi berpikir ternyata apapun tindakan yang kita lakukan itu bisa berdampak ke kondisi orang lain. Contohnya ini. Awalnya aku merasa insecure terhadap sesuatu sampai membuatku nyerah aja gitu buat mewujudkan goals yang sudah aku susun. Dan setelah mendapat perlakuan seperti ini, aku jadi overthinking. 

Namun sisi baiknya, aku bisa belajar dari pengalaman ini. Terutama dalam hal curhat hehe. Mungkin ga semua orang mau mendengar keluh kesah kita. Dan mungkin juga ga semua yang kita anggap dekat itu memang dekat. Jadi alangkah lebih baiknya kita jangan curhat ke sembarangan orang.

Kembali ke obrolan satu arah. Oh iya, sebenernya kasus kayak gini tuh sering terjadi antara seseorang yang lagi pdkt kan ya. Dan aku pribadi sih ga mempermasalahkan hal itu. Karena kalau pdkt kan berarti emang salah satu pihak itu ada usaha gitu loh biar bisa ngeklik sama si gebetannya ini. Masalah direspon atau engga mah itu harus siap terima resiko. Tapi lain lagi kalau komunikasi satu arah ini terjadi di antara pihak yang emang sudah dekat atau setidaknya sudah menjalin ikatan tertentu.

Pasti bakal ga enak banget kalau digituin :( karena kesannya kamu bersikap apatis terhadap teman kamu. Yakan? Aku pribadi sangat menghargai yang namanya ikatan mau sekecil apapun itu. Mau teman dekat atau bukan tetep harus memberi kesan yang baik terhadap lawan bicara kita selama memang dianya ga cari gara-gara duluan. Ga ada ruginya kok. 

Sebagai manusia udah pasti kita suka diperlakukan dengan baik kan oleh orang lain, nah maka dari itu perlakukan juga orang lain sebagaimana kamu mau diperlakukan. Karena tidak memungkiri sekecil apapun bentuk simpati kita terhadap orang lain bisa jadi memberi pengaruh yang besar terhadap kehidupan mereka. Contohnya gini, ada orang yang sudah jenuh dengan pekerjaan mereka lalu dia curhat gitu sama temennya. Yang awalnya udah gakuat atau capek sama pekerjaannya, karena dia mendapat dukungan moril dari orang yang dicurhatinya itu, Insya Allah orang itu akan jadi semangat lagi kan. Atau setidaknya dia jadi ingat kalau dia punya tujuan yang harus dia capai. Jadi pada akhirnya orang itu akan mencoba bangkit lagi dari keterpurukan. Sebaliknya kalau kita bersikap apatis terhadap orang tersebut, bisa aja nanti kerjaannya di kantor akan semakin kacau dan membuat orang itu makin gamau berjuang.

 

Thank You For Reading❤❤

Comments

Popular Posts